Kilaspapua, Waropen – Untuk pertama kalinya di Negeri Sejuta Bakau Waropen, pelaksanaan peringatan HUT Kabupaten Waropen ke 20 tahun ini, yang juga dibarengi dengan Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional digelar dibawah Laut Pulau Nau.
Pelaksanaan upacara Bendera merah putih diikuti oleh komunitas Apuse Divers, dan bertindak selaku Inspektur Upacara PJ Sekda Jaelani, AP, M.Si yang menyerahkan Bendera Merah Putih di Darat (Dermaga Kaituni, red) kepada Komandan Upacara Michael R, disaksikan para penyelam.
Kemudian bendera bersama tiangnya dan 10 orang penyelam profesional berangkat dari Dermaga Kaituni di Waren menuju Pulau Nau.
Upacara Bendera dibawah laut ini menjadi yang pertama kalinya digelar di Kabupaten Waropen. Pj Sekda Jaelani, mengapresiasi ide yang unik dari komunitas pecinta alam bawah laut Apuse Divers ini melakukan prosesi upacara yang sakral justru dibawah laut, lengkap dengan pengibaran bendera merah putih dan membuka teks pancasila dari bawah laut.
Proses pelaksanaan upacara dibawah laut ini memiliki tantangan yang cukup tinggi, sebab cuaca yang tidak dapat ditebak, kondisi arus bawah laut, hingga komunikasi, yang berbeda seperti di darat. Olehnya itu sebelum turun melakukan aktivitas diving dibawah laut para Divers melakukan briefing.
“Ini suatu terobosan yang sangat perlu diapresiasi, dihari Ulang tahun ke-20 bertepatan juga dengan Hardiknas, pelaksanaan upacara bawah laut ini akan kita rencanakan untuk kedepan pada pelaksanaan HUT Proklamasi Agustus mendatang,” tegas PJ Sekda Jaelani.
Sementara, Pulau Nau yang dijadikan lokasi pengibaran bendera dibawah laut, tentu saja guna menarik perhatian pecinta bawah laut karena memang diakui para Divers yang pernah menyelam di Pulau Nau pada Dive Point tertentu sangat menarik. Terlebih Nau sejak dulunya memang sudah menjadi destinasi wisata yang cukup mempesona di Kabupaten Waropen.
“20 tahun ini kita sudah bisa lakukan hal-hal baru, jangan dibatasi dengan kondisi daerah, melainkan bergerak maju untuk memajukan Kabupaten Waropen, Nau sudah menjadi destinasi wisata sejak lama, dan kini tinggal bagaimana dikelola dengan baik, dengan tetap menjaga dan memanfaatkan kearifan lokal yang ada,” ungkap salah satu peserta upacara. (Rich/tim)