Kilaspapua, Yapen- Ditetapkan Noken sebagai warisan kebudayaan dunia, secara khusus di Papua, noken memiliki filosofi yang erat dengan masyarakat. Jika dibandingkan dengan daerah pesisir di Papua, ada perbedaan dalam pembuatan noken dengan masyarakat Papua yang mendiami pegunungan. Secara khusus dapat dilihat dari noken khas masyarakat Yapen dan waropen yang membuat noken menggunakan bahan bahan alami seperti kulit pohon, rumput hingga daun.
Maria sapari, perempuan 58 tahun ini adalah sosok ibu dan juga seorang pengrajin noken di kota Serui. Ia menuturukan, telah menganyam noken ini, sejak duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar.
Dirinya diajarkan menganyam noken ini secara langsung dari om nya. Dalam sehari ia bisa menyelesaikan 2 noken jika tanpa ada pekerjaan yang lain yang dikerjakan nya. Berbagai usahanya ini digeluti nya sehari hari di sela sela waktu kesibukan nya sebagai ibu rumah tangga,”tuturnya.
Menurutnya, hingga saat ini, belum pernah ada wadah atau organisasi yang memfasilitasi usahanya tersebut, bahkan Pemerintah daerahpun. Ia hanya menjajakkan hasil kerajinannya di depan rumah nya di Jalan pertanian wainakawini.
Noken di jual dari harga Rp.30.000,- hingga Rp.50.000,- per noken tergantung ukuran nya. Dalam melakukan usaha nya, sejumlah kendala yang dihadapi nya antara lain yaitu ketersediaan bahan baku. Dimana bahan baku yang di pakai adalah jenis kulit kayu rerami, serta jenis rumput padi.
Noken hasil kerajinan nya ini sering di borong dan oleh warga masyarakat yang hendak berangkat atau berpergian keluar kota untuk di jadikan ole ole khas asal kabupaten kepulauan Yapen,” ujarnya.(Andre)