Kilaspapua, Sentani- Sebanyak 36 peserta masyarakat asli Papua dari distrik Sentani Timur, Kemtuk, Namblong, Nimboran dan Depapre mengikuti kegiatan fasilitas pengembangan teknologi tepat guna,(TTG) dan pelatihan penggunaan peralatan teknologi tepat guna ,(TTG) serta penguatan wirausaha pemula dan pelatihan bisnis bagi masyarakat kampung di Kabupaten Jayapura yang digelar oleh Dinas pemberdayaan masyarakat kampung dan orang asli Papua Provinsi Papua di Aula Balai Latihan Provinsi Papua, Yahim Sentani, Jumat (15/9/2023).
Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung,(DPMPK) Kabupaten Jayapura, Bernard Urbinas kepada wartawan menyatakan, 36 peserta itu dibagi untuk dua kegiatan yakni, 1 teknologi tepat guna dan 1 wirausaha.
“ Peserta akan diberikan materi tentang menggali peluang bisnis apa yang ada di masyarakat khusus Kabupaten Jayapura ,” katanya.
Harapannya, peserta yang ikut pelatihan ini menjadi berkembang wawasannya dalam hal ini teknologi sehingga pada akhirnya meningkatkan hasil produktivitas ditengah-tengah masyarakat.
“ Kegiatan ini sebetulnya dari Provinsi Papua dan disini DPMK sebatas mendampingi kegiatannya dalam arti kerjasama DPMK dan OAP dengan DPMK Kabupaten Jayapura yang bermuara kepada masyarakat ,” harapnya.
Selesai kegiatan ini, lanjutnya, DPMK Kabupaten Jayapura akan melanjutkan dengan melakukan pembinaan.
“ Kemungkinan ditahun 2024 Kabupaten Jayapura akan memberikan penguatan lewat dana Otsus untuk kelompok-kelompok usaha ini. Jadi kita sama-sama coba kolaborasi dalam rangka pengembangan ekonomi hingga membuat masyarakat jadi sejahtera ,” ucapnya.
Sekda Kabupaten Jayapura, Hana S. Hikoyabi mengharapkan peserta mengikuti pelatihan ini dengan seksama dan baik sebab itu pelatihan bisnis.
“ Kalau pelatihan bisnis setidaknya bisa dilakukan berkali-kali sehingga peserta mendapatkan pengetahuan teknologi secara baik baik dari TTG maupun wirausaha ,” harap Sekda.
Sekda Hana menyebutkan, umumnya pelatihan teknologi diikuti hari ini tetapi besok sudah lupa sehingga tak tahu mengerjakan apa. Maka itu ini harus diubah agar pelatihan yang diikuti bisa memberikan hal yang positif. Ada hasil yang baik didapat. Jangan setelah pelatihan namun tidak ada hasil.
“ Contoh tokok sagu, sekarang kebanyakan orang lebih cepat menggunakan mesin. Itu memang baik tetapi diminta tidak meninggalkan kearifan lokal seperti tokok sagu agar makanan papeda tetap dirasakan hingga anak cucu kita kedepan ,” sebutnya.(Redaksi)