Tour Wisata Pemkab Jayapura Ke Pantai Opao, Budidaya Anggrek, Kolam Biru Bambar Hingga Situs Megalitik Tutari 

oleh -1,143 views
Rombongan Pj Bupati Jayapura saat mengunjungi situs Megalitik Tutari.

Pemerintah Kabupaten Jayapura saat ini  tengah gencar mempromosikan keindahan wisata yang ada diwilayahnya. Hal itu terlihat dari kunjungan Pj Bupati Jayapura, Sekda dan Kepala OPD ke lokasi wisata Pantai Opao, Budidaya Anggrek, Kolam Biru Bambar Hingga Situs Megalitik Tutari. Bagaimana kunjungannya, Ini Liputannya

Oleh Tumbur Gultom/ Kilaspapua.Com

Berbicara tentang wisata tentunya berkaitan dengan tempat yang indah, unik, eksotik. Begitulah yang dilakukan Jajaran Pemkab Jayapura, yang mengemasnya dalam tour wisata.

Kali ini wisata yang dikunjungi Pantai Opao, Kampung Tua, Distrik Depapre. Dari cerita, awalnya masyarakat Tua dan masyarakat Tablanusu menetap disitu tetapi setelah terjadinya perang dunia ke-2, mereka pindah ke kampung Tablanusu yang saat ini kami tempati sedangkan kampung Tua saat ini kosong atau tak berpenghuni namun tempat itu memiliki potensi yang indah setelah berdirinya tugu salib pekabaran injil dengan bertuliskan, Hari Minggu 26-11-1911 Amos Pasalbessy Pemberita Injil pertama tiba di Pantai Bitiyayo.

Pj Bupati didampingi Sekda Jayapura dan Kepala OPD berphoto bersama masyarakat di Tugu salib, Pantai Opao.

Terkait itu, kami masyarakat setiap tahun merayakan HUT Pekabaran Injil,(PI) pada tanggal 26 November. Tahun ini usianya telah genap 112 tahun. Makanya dengan potensi yang ada, diharapkan itu dikelola secara baik sehingga kedepannya mendatangkan income bagi masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Jayapura , “ ucap Kepala kampung Entiyebo, Arkilaus Danya, Senin (31/7/2023).

Kunjungan berlanjut ke Budidaya anggrek dari desa binaan Maribu Kwantemey Bonya. Ada 5 spesies anggrek yang dikembangkan yakni, Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum ), Anggrek Macan (Grammtophyllum screptum), Anggrek Kribo (Dendrobium spectabile), Anggrek besi (Dendrobium violaceoflevens), Anggrek hitam Irian.

Sekretaris kelompok desa binaan Maribu Kwantemey Bonay, Elsina Yarisetouw menuturkan kepada Pemerintah Kabupaten Jayapura untuk melakukan pengadaan bibit dan kultur jaringan anggrek bagi kelompok kami. Melalui kultur itu, kami bisa buat sendiri namun kami tidak didukung oleh sejumlah perlengkapan. Tempat ini sudah cukup dikenal baik dalam negeri maupun mancanegara,” tuturnya.

Pj Bupati  Jayapura saat melihat keindahan budidaya anggrek Dambu Kahbrai.

Usai itu, Rombongan berlanjut ke budidaya Anggrek Dambu Kahbrai di Kampung Dosay, Distrik Sentani Barat.  Ini merupakan program pemberdayaan masyarakat balai besar BKSDA Papua dengan dibentuk 9 April 2021. Lebih 30 jenis anggrek dibudidaya disini dengan menggunakan Teknik stek batang. Caranya, pemisahan rumpun dan pemisahan keiki. Kelompok ini juga aktif mempelajari dan praktek perkembangan bioteknologi kultur jaringan khusus anggrek. Sebagian besar anggrek yang dibudidayakan merupakan anggrek spesies endemik Papua.

Kunjungan berlanjut ke Kolam biru Bambar. Disini, rombongan melihat potensi air dikolam. Terlihat sejumlah pengunjung sedang mandi-mandi dikolam tersebut. Mungkin ketika ada sentuhan tempat itu akan menjadi primadona bagi pengunjung yang ingin berakhir pekan bersama keluarga.

Menjelang sore, rombongan mengunjungi Situs Megalitik Tutari yang berada di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibhu. Terlihat rute menuju lokasi situs kurang terawat. Tampak rumput menutup ruas jalan yang menaik. Memacu adrenalin untuk bisa sampai dipuncak. Dipuncak terlihat bongkahan batu besar yang dibuatkan didalam rumah bahkan dipagari.

Berdasarkan sumber Indonesia.go.id, suku Tutari pernah ada sekitar 6000 tahun lampau di sebuah perkampungan bernama Tutari Yoku Tamaiyoku. Namun, mereka akhirnya punah ketika terlibat perang antarsuku untuk memperebutkan wilayah dengan Ebe, suku yang berasal dari wilayah Pulau Yonoqom atau Yonahang. Suku Ebe membumihangus seluruh isi dan masyarakat Tutari hingga nyaris tidak menyisakan apa pun. Kecuali tempat pemujaan berbentuk bongkahan batu dan menhir.

Suku Ebe kemudian hidup berpindah, tidak hanya menguasai bekas wilayah Tutari. Mereka juga menjelajah ke Tanjung Warako, dan bergeser ke Ayauge di utara sebelumnya akhirnya menetap di tepian Danau Sentani. Suku penakluk Tutari ini kemudian diketahui sebagai nenek moyang dari masyarakat Kampung Doyo Lama, Kwadeware, dan Yakonde.

Pj Bupati Jayapura, Triwarno Purnomo kepada wartawan mengatakan, kendala tempat wisata tak dipungkiri akses jalan. Memang jalan ada tetapi itu setapak sehingga perlu ada jalan agar mempermudah akses jalan menuju tempat-tempat wisata yang ada di Kabupaten Jayapura termasuk didalamnya fasilitas penunjang lainnya seperti MCK ,” katanya.(**)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *