Kilaspapua, Jayapura- Kantor perwakilan Bank Indonesia,(BI) Provinsi Papua memprediksi pelaksanaan PON XX akan memberikan kontribusi tambahan terhadap pertumbuhan ekonomi Papua sebesar 0,8%-1,2% (yoy). Pertumbuhan tersebut mayoritas didukung pada aktivitas sektor konstruksi atas pembangunan sarana dan prasarana pendukung PON XX. Demikian pula dengan sektor lainnya seperti penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor transportasi, sektor perdagangan serta sektor informasi dan komunikasi yang juga ikut mengalami pertumbuhan akibat pelaksanaan PON XX.
Dalam release yang diterima Redaksi Kilaspapua. COM dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua saat melaksanakan kegiatan Bincang Bincang Media (BBM) dengan tema utama, Perkembangan Ekonomi Papua Terkini dan Dampak Pelaksanaan Pon XX Di Papua, Rabu (30/6/2021).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua, Naek Tigor Sinaga mengatakan, Kerjasama antara Bank Indonesia dan Pemerintah dalam pelaksanaan PON XX tentunya dapat terus ditingkatkan untuk memastikan kelancaran pelaksanaan PON XX. Upaya untuk mendorong penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard atau QRIS sebagai kanal pembayaran menjadi hal yang penting ditengah pandemi COVID-19,. Teknologi nirsentuh yang dimiliki QRIS dapat ikut membantu dalam meminimalisir penyebaran COVID-19. Selain itu transaksi juga dapat dilakukan dengan cepat, mudah, murah dan aman. Untuk itu, perbankan di Provinsi Papua telah siap menerapkan QRIS dalam berbagai transaksi seperti, tiket masuk, belanja kuliner, souvenir hingga kegiatan ritel lainnya.
“ Hingga saat ini, sudah terdapat sekitar 29 ribu Merchant QRIS yang tersebar di seluruh Papua. Pada pelaksanaan PON nanti, ditargetkan telah tersedia 51 ribu merchant QRIS untuk melayani seluruh transaksi pembayaran dan mendukung suksesnya penyelenggaraan PON XX di Papua. Tentunya hal ini tidak terlepas dari dukungan kesiapan infrastruktur serta ketersediaan jaringan internet yang stabil di Papua,” ujarnya.
Disamping itu, Ia menjelaskan bahwa, perekonomian ekonomi global akan mengalami pemulihan sejalan dengan akselerasi program vaksinasi yang dilakukan oleh berbagai negara. Perekonomian global diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan pada tahun 2021 sebesar 5,7% (yoy).
Pemulihan ekonomi juga terus berlangsung di Indonesia. Meskipun saat ini masih mengalami kontraksi, namun tren kontraksi dalam tiga triwulan terakhir mengalami perbaikan. Pada Triwulan I 2021, terdapat 10 provinsi yang mengalami pertumbuhan positif, termasuk Provinsi Papua. Provinsi Papua mencatatkan pertumbuhan PDRB sebesar 14,28% (yoy) pada triwulan I 2021. Namun pertumbuhan tersebut masih didominasi oleh sektor pertambangan, sedangkan jika perhitungan PDRB dilakukan tanpa sektor tambang, perekonomian Papua pada triwulan I 2021 terkontraksi sebesar -3,76% (yoy). Dalam rangka mendorong pertumbuhan pada sektor non-tambang, terdapat 3 potensi pertumbuhan ekonomi alternatif yang dapat tumbuh dan menopang perekonomian Papua, yaitu Perikanan, Pertanian dan Pariwisata. Masing-masing sektor memiliki pangsa PDRB,(Produk Domestik Regional Bruto) antara 4,7%, 5,21% dan 7,7% sehingga pengembangan pada sektor tersebut dapat ikut mendorong pertumbuhan PDRB Non Tambang Provinsi Papua.
“ Tingkat inflasi yang ada di Provinsi Papua juga masih terkendali dengan angka inflasi tahunan yang masih lebih rendah dibandingkan angka nasional. Tingkat inflasi Provinsi Papua pada bulan Mei 2021 tercatat sebesar 0,88% (yoy), lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi Nasional yang sebesar 1,68% (yoy). Hal ini tidak lepas dari upaya Tim Pengendalian Inflasi Daerah melalui program Pengendalian Cepat Menuju Papua Satu Harga (Pace Juara) yang diturunkan kepada konsep 4K, Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif,” jelasnya.(Tumbur Gultom)