Ojk berupaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan kepada masyarakat ditanah Papua. Hal itu dianggap penting guna mencegah agar tidak terjerumus investasi bodong. Zaman sekarang ini, perkembangan teknologi tak dihindari yang tentunya didalamnya banyak penawaran yang menggiurkan masyarakat untuk bisa berinvestasi. Maka itulah, Ojk Papua melalui kebijakannya berusaha keras melalukan pengawasan disektor jasa keuangan secara terintegrasi kepada masyarakat.
Seperti, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) komitmennya dalam meningkatkan literasi keuangan digital melalui kegiatan Digital Financial Literacy (DFL) yang diselenggarakan di Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, Papua Barat, Rabu (28/5/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan OJK dalam mengembangkan inovasi teknologi di sektor keuangan dan mengedukasi masyarakat, khususnya kepada lebih dari 200 mahasiswa di Kota Sorong, Papua Barat dan sekitarnya mengenai pentingnya literasi keuangan digital.
Kegiatan DFL ini menjadi bagian dari program literasi tahunan OJK yang dirancang untuk menjawab tantangan rendahnya indeks literasi keuangan digital di tengah maraknya adopsi layanan keuangan berbasis teknologi. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025, indeks literasi keuangan Indonesia mencapai 66 persen, sementara indeks inklusi keuangan telah mencapai 80 persen.
Kesenjangan ini menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang menggunakan produk keuangan namun belum memiliki pemahaman yang memadai. Hal ini berpotensi menimbulkan risiko yang merugikan jika tidak ditangani melalui edukasi keuangan yang tepat dan masif.
Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK, Hasan Fawzi, dalam kuliah umumnya menekankan, kehadiran teknologi seperti blockchain, artificial intelligence, dan big data telah menghadirkan berbagai peluang sekaligus tantangan baru dalam pengelolaan keuangan.
Hasan menyebutkan bahwa generasi muda, khususnya Gen Z, memiliki peran strategis sebagai katalis transformasi digital sektor keuangan Indonesia.
“Gen Z memiliki peran penting sebagai agen perubahan dan ujung tombak transformasi digital di Indonesia Timur. Literasi keuangan digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendasar untuk menghadapi ekosistem keuangan yang terus berkembang,” ujar Hasan.
Mahasiswa Diminta Bijak Kelola Keuangan Digital
Ojk juga minta mahasiswa bijak dalam mengelola keuangan digital dan mewaspadai potensi penipuan di era layanan keuangan berbasis teknologi. Dimana, saat ini angka penipuan di keuangan digital masih tinggi karena literasi keuangan masyarakat Indonesia juga masih tergolong rendah.
Data dari Indonesia Anti Scam Center (IASC) per Maret 2025 mencatat hampir 80.000 laporan penipuan keuangan dengan kerugian mencapai Rp1,7 triliun. Oleh karena itu,pemahaman mengenai legalitas, logika investasi, dan risiko harus menjadi dasar masyarakat sebelum memilih produk keuangan digital.
Inilah upaya nyata OJK untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia, termasuk kawasan timur, guna memastikan bahwa transformasi digital di sektor keuangan dapat dioptimalisasi secara merata.
Penyandang Disabilitas
Ojk Papua juga berupaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan kepada penyandang disabilitas sebab mereka juga memiliki hak yang sama.
Maka itulah, Ojk mengedukasi keuangan kepada komunitas disabilitas diwilayah Kabupaten Jayapura dengan tema, Keuangan semakin inklusif bagi penyandang disabilitas.
Menurut Ojk bahwa, pihaknya melakukan edukasi kepada masyarakat disabilitas sebagai suatu implementasi kebijakan dari OJK dalam hal edukasi kepada masyarakat disabilitas sesuai dengan sasaran edukasi OJK.
“ Tentunya mereka mendapatkan informasi tentang keuangan dengan berkolaborasi dengan jasa -jasa keuangan seperti, BPJS Ketenagakerjaan, Bank Papua, termasuk Manajemen Bank Syariah serta lintas sector jasa keuangan ,” ujarnya.

Harapannya mereka nantinya memiliki pemahaman yang komprensif mengenai keuangan itu sendiri. Selain itu, meningkatkan pemahaman bagi masyarakat disabilitas terkait produk-produk keuangan termasuk melihat akses keuangan yang bisa dimanfaatkan oleh para disabilitas sehingga tidak ada ketimpangan antara masyarakat dengan disabilitas ,” harapnya.
Disisi lain, kegiatan ini dinilai sangat penting sekali sebab rata-rata penyandang disabilitas belum sepenuhnya memahami mengenai inklusif pelayanan perbankan seperti apa, apalagi ada sekitar 120 penyandang disabilitas yang ikut kegiatan ini, berkeinginan mengetahui segala informasi dari pihak perbankan apalagi tadi saat penyampaian dari Bank Papua cukup bagus bagi penyandang disabilitas.
Harapannya, penyandang disabilitas menjadi tahu tentang literasi keuangan sehingga memudahkan mereka mengakses modal usaha atau kredit KUR kedepannya sebab tak dipungkiri ada juga dari kami telah merintis sejumlah usaha namun ketika ingin mendapatkan modal usaha terkadang dipersulit didapatkan.(**)
Penulis : Tumbur Gultom/ Kilaspapua.com




